Pemanfaatan barang-Barang Bekas Sebagai Media Pembelajaran Matematika Serta Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika
Disusun
Oleh :
Amdani
Darussalam (201013500219)
Program
Studi Pendidikan Matematika
Fakultas
Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Indraprasta PGRI
JAKARTA
|
|
DAFTAR ISI ………………………………………….……
i
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ………………………………….. 1
B.
Identifikasi Masalah …………………………….. 5
C.
Pembatasan Masalah …………………………… 6
D.
Rumusan Masalah …………………………….... 6
E.
Tujuan Penelitian ……………………………...... 7
F.
Manfaat Penelitian …………………………….... 7
G.
Sistematika
Penulisan ........................................... 7
BAB II LANDASAN
TEORI, KERANGKA BERFIKIR
dan HIPOTESIS PENELITIAN
A.
Landasan Teori ……………………………......... 9
1. Hakikat Hasil Belajar Matematika ………..... 9
2. Pemanfaatan
Barang-Barang Bekas Sebagai
Media
Pembelajaran Matematika
…………... 22
B.
Kerangka Berfikir ……………………....…......... 31
C.
Hipotesis Penelitian …………………………...... 32
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian ………………...... 33
B.
|
C.
Populasi Sampel …………………........................ 35
D.
Metode Pengumpulan Data …………………....... 36
E.
Instrumen Penelitian ……………………….......... 37
F.
Metode Analisis Data …………………................. 43
G.
Hipotesis Statistik ………………………….......... 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 51
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Permasalahan dalam dunia pendidikan
merupakan hal yang menarik untuk di kaji, mulai dari permasalahan yang
menyangkut pelaku-pelaku pendidikan, sistem pendidikan, dan lain sebagainya. Pendidikan merupakan proses yang di tempuh
untuk merubah sikap dan sifat seorang individu maupun sekelompok orang agar
menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu perlu ada perhatian lebih kepada dunia
pendidikan agar setiap individu bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
1
|
Kegiatan belajar mengajar merupakan
proses terpenting untuk mencapai tujuan pendidikan, di mana guru berperan
sebagai pembimbing kegiatan belajar, dan murid sebagai peserta kegiatan
belajar. Oleh karena itu guru harus mampu memilah dan memilih cara belajar yang
paling efektif untuk siswa-siswanya, terutama dalam pembelajaran matematika
yang hingga saat kini masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit, terbukti
dari rendahnya minat belajar siswa dalam pelajaran matematika yang berimbas
pada nilai ujian matematika siswa itu sendiri.
Ruseffendi,
dkk. (1992: 15), mensinyalir kelemahan pelajaran matematika pada siswa
Indonesia, karena pelajaran matematika di sekolah ditakuti bahkan dibenci
siswa. Ketika siswa mengikuti proses pembelajaran matematika yang berlangsung
di sekolah, mereka merasa jenuh akan pelajaran matematika, sama sekali tidak
tertarik, malas belajar karena matematika dianggap ilmu yang
kering, yang hanya merupakan kumpulan angka-angka dan rumus yang tidak dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan. Mereka berpandangan belajar matematika di sekolah
hanya sekedar diajari bagaimana siswa dapat menyelesaikan soal dengan baik yang
kemudian menyebabkan munculnya sifat kebencian terhadap matematika.
Margiyanto
(2009: 33) mengemukakan rendahnya minat belajar Matematika siswa berpengaruh
pada hasil belajar Matematika. Hal ini disebabkan beberapa keadaan yang dialami
oleh siswa, antara lain: (1) sifat siswa pemalas, kurangnya pengawasan belajar
siswa oleh orang tua. (2) siswa kurang termotivasi, karena pada umumnya setelah
lulus atau tamat tidak melanjutkan sekolah. (3) tidak ada teman belajar
dirumah. (4) tidak mengusai materi, menganggap Matematika pelajaran yang sulit.
(5) tidak mempunyai buku pelajaran/buku yang digunakan. (6) penjelasan guru
yang kurang diterima oleh siswa. (7) banyaknya tugas yang kurang memperhatikan
beban tanggung jawab siswa. (8) jenis tugas yang tidak sesuai dengan kondisi
siswa, terlalu sulit. (9) guru kurang menarik dalam memberikan tugas. Suwarsono
(Supatmono, 2009) faktor guru yang sering dianggap
menjadi penyebab yang paling penting mengapa ada banyak siswa yang takut atau
memiliki minat yang rendah terhadap Matematika. Dengan kenyataan ini guru
hendaknya pandai-pandai menggunakan model pengajaran yang tepat, memberi
motivasi agar siswa tidak patah semangat, lebih dekat dengan siswa agar siswa
menyukai pelajaran matematika. Ini tidak mudah, namun bagaimanapun juga guru
adalah jembatan bagi siswa untuk menyerap ilmu yang diajarkan.
Untuk mengubah sudut pandang matematika
sebagai pelajaran yang sulit, guru harus menciptakan cara belajar yang lebih
variatif dan tidak monoton, agar kegiatan belajar matematika menjadi lebih
menyenangkan. Salah satu cara untuk menciptakan kegiatan belajar yang
menyenangkan adalah menggunakan media pembelajaran. Dengan menggunakan media
pembelajaran siswa tidak hanya di sugukan dengan konsep-konsep dan rumus-rumus
matematika yang terlihat membosankan, tetapi siswa juga turut berperan aktif
dalam memahami konsep matematika secara mandiri, tentunya masih dalam arahan
dan bimbingan dari guru penyedia media pembelajaran tersebut.
Media Pembelajaran yang tersedia di
toko-toko sangatlah banyak rupanya, mulai dari yang paling murah sampai yang
paling mahal, semua itu disediakan untuk membantu proses pembelajaran
matematika. Pada dasarnya, Media pembelajaran bisa berupa apa saja, asalkan
sesuai dengan konsep dari pembahasan matematika, misalnya penggunaan dadu
sebagai Media untuk menjelaskan konsep Peluang, penggunaan cermin untuk
menjelaskan konsep refleksi, penggunaan jam dinding untuk menjelaskan konsep
jam pada anak SD, dan lain sebagainya.
Media Pembelajaran Matematika tak perlu
harus mahal, bagus, dan mewah, asalkan konsep matematika yang diajarkan guru
dapat di cerna oleh siswa melalui perantara media pembelajaran tersebut. Mengingat
masih banyaknya barang-barang bekas seperti kardus bekas, sedotan bekas,
kaleng-kaleng bekas yang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan, menjadikan gagasan
yang menarik dalam pembuatan media pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran
Matematika.
Konsep yang ditawarkan oleh media
pembelajaran ini sangatlah sederhana dan terbilang tak banyak makan biaya dalam
proses pembuatannya. Selain dapat di gunakan sebagai media pembelajaran, hal
ini juga dapat mengurangi banyaknya sampah seperti kardus bekas, dan ini juga
akan mengubah sudut pandang kita mengenai barang-barang bekas, sehingga kita
tidak memandang sebelah mata dan lebih kreatif lagi dalam memanfaatkan
barang-barang bekas.
Dengan penggunaan Media Pembelajaran
ini, diharapkan bisa menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran matematika,
sehingga matematika tidak lagi dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan
membosankan, dan untuk mengetahui seberapa besarnya pengaruh media pembelajaran
dalam hasil belajar matematika, khususnya media pembelajaran yang memanfaatkan
barang-barang bekas ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Oleh
karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan
Barang-Barang Bekas Sebagai Media Pembelajaran Matematika, Serta Pengaruhnya
Terhadap Hasil Belajar Matematika”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang
diutarakan, dapat didefinisikan beberapa
masalah, antara lain:
1.
Masih banyak
permasalahan dalam dunia pendidikan yang harus di kaji dan diselesaikan.
2.
Perlu ada perhatian
lebih pada dunia pendidikan.
3.
Guru sebagai
pembimbing kegiatan belajar harus mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
4.
Pelajaran
matematika masih dianggap sebagai pelajaran yang sulit
5.
Pemanfaatan
barang-barang bekas sebagai media pembelajaran matematika.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan
fokus, maka perlu adanya pembatasan masalah. Dengan pertimbangan tersebut, maka
dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada pemanfaatan barang-barang bekas
sebagai media pembelajaran matematika serta pengaruhnya terhadap hasil belajar
matematika.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi
masalah dan pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah pada
penelitian ini adalah “Seberapa kuatkah penggunaan media pembelajaran terutama
yang terbuat dari barang-barang bekas mempengaruhi keberhasilan belajar
Matematika Siswa”
E.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui secara empiris tentang penggunaan media pembelajaran yang terbuat
dari barang-barang bekas, serta pengaruhnya terhadap hasil belajar Matematika.
F.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa
memberikan manfaat, bukan hanya bagi keberhasilan belajar siswa, namun juga
untuk mengembangkan kekreatifitasan semua pihak yang terlibat dalam dunia
pendidikan dalam memanfaatkan barang-barang bekas, terutama dalam membuat media
pembelajaran untuk menunjang kegiatan belajar mengajar disekolah.
G.
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian
ini terdiri atas lima bab, antara lain:
BAB
I PENDAHULUAN
Merupakan
bab yang memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta
sistematika penelitian.
BAB
II LANDASAN TEORI
Merupakan
bab yang memuat tentang landasan teori yang menguraikan teori-teori yang
dipakai dalam penyusunan skripsi ini, kerangka berpikir, serta hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini.
BAB
III METODOLOGI PENELITIAN
Merupakan
bab yang memuat tentang metodologi penelitian, meliputi tempat dan waktu penelitian,
metode penelitian yang digunakan, populasi dan sampel, metode pengumpulan data,
instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Merupakan bab yang memuat tentang hasil
penelitian dan pembahasannya.
BAB
V PENUTUP
Merupakan
bab penutup yang memuat tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil
penelitian, serta saran-saran yang berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh.
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
PENELITIAN
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Manusia dilahirkan bagaikan kertas putih
kosong, begitulah teori tabularasa yang diutarakan oleh seorang filsuf asal
inggris Jhon locke. Seiring berlalunya waktu, kertas putih kosong dan bersih
tersebut pun penuh dengan coretan-coretan, entah coretan hitam, maupun coretan
putih. Salah satu orang yang paling berpengaruh dalam memberikan coretan pada
kertas putih kosong tersebut adalah guru. Guru memberikan coretan kepada kertas
putih kosong dan bersih tersebut melalui sebuah proses yang disebut proses
belajar mengajar.
9
|
8
|
Menurut Ngalim Purwanto (1998 :84) dalam
buku psikologi pendididkan mengemukakan adanya beberapa elemen yang penting
yang mencirikan belajar yaitu :
1) Belajar merupakan suatu perubahan dalam
tingkah laku,dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih
baik tetapi juga ada kemungkinana mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
2) Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi
melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan – perubahan yang
disebabakan oleh petumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar, seperti perubahan – perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
3) Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan
itu harus relative mantap harus merupakan akhir daripada suatu proses waktu
yang cukup panjang. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan –
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi,
ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang
4) Tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik mupun psikis, seperti
: Perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006),
“belajar adalah seperangkat proses kognitif yang merubah sifat stimulasi
lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru”. Dari
pengertian tersebut, kita dapat mengetahui bahwa seseorang dikatakan telah
belajar apabila terdapat perubahan pada dirinya.
Sedangkan menurut Witherington (Ngalim
Purwanto, 1998 :84) mengemukakan bahwa “ Belajar adalah suatu perubahan
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru pada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu perintah”. Disini
belajar dinyatakan dengan perubahan tingkah tingkah laku yang baru didapat dari
kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai teori dan sudut pandang
mengenai belajar yang diutarakan diatas, dapat kiranya kita tarik kesimpulan,
bahwa belajar adalah kegiatan yang bertujuan mengubah tingkah laku, dari
negatif menjadi positif, mengubah aspek kognitif yang sebelumnya tidak tahu,
menjadi lebih tahu, mengubah aspek keterampilan, yang sebelumnya tidak memiliki
keterampilan, menjadi memiliki keterampilan.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan faktor yang
paling penting yang dijadikan sebagai tolak ukur dari kegiatan belajar siswa.
Sejauh mana siswa dapat mencerna dan kemudian mengendapkan setiap pelajaran
dalam pikirannya, bisa dilihat dalam hasil belajar ini. Slameto (2003 : 3)
mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi
secara kesinambungan dan tidak statis.
Horward Kingsley (Sudjana, 2009 : 22),
membagi tiga macam hasil belajar, yakni (1) keterampilan dan kebiasaan, (2)
pengetahuan dan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita. Hal ini menunjukan
bahwa Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya di nilai oleh segi nilai
dari rapor atau ulangan saja, tetapi juga bisa terlihat dalam sikap, sifat dan
keterampilan siswa.
Menurut Tiorenna (2011 : 96), “ada
faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa meliputi
konsep diri, motivasi, kebiasaan, kecemasan, minat dan sebagainya. Sedangkan
faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi
metode mengajar, media pembelajaran, lingkungan belajar, keadaan sosial ekonomi
dan sebagainya.
Untuk melihat hasil belajar perlu
dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah
siswa telah menguasai suat materi atau belum. Menurut Sudjana (2009 : 85 ),
“Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil
belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu”. Hal ini mengisyaratkan
bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Tingkah laku sebgai
hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Seorang yang telah belajar bisa dilihat
dari perubahan tingkah laku dalam dirinya. Tingkah laku tersebut bisa berupa
pengetahuan secara kognitif, sikap dan sifat secara afektif, dan keterampilan
secara psikomotorik. Perubahan tersebut terjadi karena adanya interaksi antara
dirinya dengan lingkungannya, bukan karena fisik dan kedewasaan secara alamiah,
perubahan tersebut harus selalu meningkat, tidak berlangsung sesaat saja.
Dari uraian yang disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku berupa pengetahuan (kognitif) sikap dan sifat (afektif)
serta keterampilan (psikomotorik).
c. Konsep Matematika
Matematika merupakan bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan
(Jujun. S, 2009 : 190). Menurut Anwar matematika berkenaan dengan ide-ide,
struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang
logis”.
Menurut Supardi (2013 : 82), “Matematika
adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yang menekankan
aktivitas dalam dunia rasio dari seluruh segi kehidupan manusia, mulai dari
yang sederhana sampai pada yang paling kompleks”. Matematika sangat erat dengan
kehidupan sehari-hari yang membutuhkan nalar untuk penyelesaiannya.
Menurut Supardi (2013 : 82), “Ada 5
(lima) alasan perlu belajar Matematika, yaitu karena Matematika merupakan : (1)
sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan kehidupan
sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi
pengalaman, (4) saran untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana
meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya”.
Maka dapat disimpulakn bahwa matematika
merupakan ilmu eksak yang berhubungan dengan logika, penalaran, bilangan,
operasi perhitungan, konsep-konsep abstrak, serta fakta-fakta kuantitatif
berupa hubungan pola bentuk dan ruang, serta dapat menimbulkan suatu pola pikir
yang masuk akal dan berguna untuk mengatasi berbagai persoalan dalam hidup
sehari-hari.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat
disimpulakan bahwa matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata cara bernalar secara logis, guna membantu
memecahkan permasalahan yang di hadapi sehari-hari.
d. Ruang Lingkup Materi
Salah satu materi pelajaran Matematika
SMP kelas VIII adalah Bangun Ruang. Menurut Raharjo (2008: 281) Bangun ruang
adalah sebuah bangun yang memiliki luas dan volume.
i)Bagian-Bagian
Bangun Ruang:
a)
Sisi: bidang pada bangun ruang yang
membatasi antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya.
b)
Rusuk: pertemuan dua sisi yang
berupa ruas garis pada bangun ruang.
c)
Titik sudut: titik hasil pertemuan rusuk
yang berjumlah tiga atau lebih.
ii. Jenis-Jenis
Bangun Ruang:
a)
Balok
Balok
merupakan bangun ruang yang dibatasi 6 persegi panjang dimana 3 persegi panjang
yang kongruen.
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
G
|
F
|
H
|
i) Sifat-Sifat Balok:
(1) Memiliki 6 sisi berbentuk persegi
panjang.
(2) Memiliki 3 pasang bidang sisi
berhadapan yang kongruen.
(3) Memiliki 12 rusuk.
(4) Memiliki 4 buah rusuk yang sejajar
sama panjang.
(5) Memiliki 8 titik sudut.
b)
Kubus
Kubus
merupakan bangun ruang dengan 6 sisi sama besar (kongruen).
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
G
|
F
|
H
|
i) Sifat-Sifat
Kubus:
(1)
Memiliki 6 sisi berbentuk persegi.
(2)
Memiliki 12 rusuk yang sama panjang.
(3)
Memiliki 8 titik sudut.
(4)
Setiap sisinya berbentuk persegi.
c)
Prisma Tegak Segitiga
Prisma tegak segitiga merupakan
bangun ruang yang alas dan atasnya berbentuk segitiga yang kongruen dan
sejajar.
A
|
B
|
D
|
E
|
F
|
C
|
i)
Sifat-Sifat Prisma Tegak segitiga:
(1)
Rusuk tegak prisma di sebut juga
tinggi prisma.
(2)
Prisma segitiga memiliki bidang alas
dan bidang atas berupa segitiga yang kongruen.
(3)
Prisma segitiga memiliki 5 sisi.
(4)
Prisma segitiga memiliki 9 rusuk.
(5)
Prisma segitiga memiliki 6 titik
sudut.
d)
Limas
Limas adalah bangun ruang yang
mempunyai bidang alas segi banyak dan dari bidang alas tersebut dibentuk suatu
sisi berbentuk segitiga yang akan bertemu pada satu titik.
A
|
C
|
B
|
T
|
D
|
i)
Sifat-Sifat Limas:
(1)
Memiliki titik puncak yang merupakan pertemuan
beberapa buah segitiga.
(2)
Memiliki tinggi yang merupakan jarak
dari titik puncak ke alas limas.
(3)
Alasnya berbentuk segitiga, segi
empat, segi lima dan sebagainya. Nama limas disesuaikan dengan bentuk alasnya.
e)
Kerucut
Kerucut merupakan bangun ruang
berbentuk limas yang alasnya berupa lingkaran.
t
|
r
|
i)
Sifat-Sifat Kerucut:
(1)
Alanya berbentuk lingkaran.
(2)
Memiliki sisi legkung sebagai
selimut kerucut.
(3)
Memiliki titik puncak.
(4)
Jarak titik puncak ke alas disebut tinggi
kerucut.
f)
Tabung
Tabung
merupakan bangun ruang berupa tegak dengan bidang alas dan atas berupa
lingkaran.
r
|
t
|
i)
Sifat-Sifat Tabung:
(1)
Memiliki sisi alas dan sisi atas
berbentuk lingkaran yang sebangun dan sejajar.
(2)
Memiliki sisi lengkung yang disebut
selimut tabung.
(3)
Tidak memiliki titik sudut.
(4)
Memiliki tinggi, yaitu jarak antara
alas dengan sisi alas tabung.
e.
Hasil Belajar Matematika
Belajar merupakan proses perubahan
tingkah laku secara aktif, di mana murid lebih berperan dalam hal mengumpulkan
informasi, baik dalam kelas maupun luar kelas. Belajar, apa pun pelajarannya
harus dilakukan secara senang hati dan tidak ada tekanan, termasuk Matematika.
Matematika memiliki beberapa
unit yang satu sama lain yang saling berhubungan, maka yang penting dalam
belajar Matematika adalah bagaimana kemampuan seseorang dalam memecahkan
masalah Matematika. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa materi Matematika
merupakan materi yang asbtrak. Keberhasilan pengajaran
Matematika ditentukan oleh beberapa baik hasil belajar yang dicapai siswa
setelah mengikuti pelajaran. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika
merupakan hasil kegiatan dari belajar Matematika dalam bentuk pengetahuan
sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa. Tujuan dari pembelajaran
Matematika sendiri adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang
tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis dan memiliki
sifat objektif dalam memecahkan masalah. Tingkat kualitas dari pembelajaran
matematika bergantung pada proses belajar siswa.
Hasil
belajar Matematika merupakan indikator bagi seorang guru, apakah telah
menyampaikan semua materi dengan baik atau tidak. Adanya perubahan dalam dalam diri
siswa mengenai aspek kognitif, afektif dan psikomotor merupakan indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur dan mengamati sejauhmana keberhasilan siswa
menyerap materi dalam proses pembelajaran Matematika baik kemampuan mengenai
bilangan maupun konsep dan logika
pembelajaran matematika.
Hasil
belajar Matematika adalah perubahan yang terjadi yang berupa peningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami fakta, konsep, prinsip, dan menggunakan dalam
memecahkan masalah matematika dalam bentuk pengetahuan yang diterima siswa dari
hasil pembelajaran yang telah di alaminya.
2.
Pemanfaatan Barang-Barang Bekas sebagai Media
Pembelajaran
a.
Media Pembelajaran
Salah
satu upaya untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah dengan
menggunakan media pembelajaran. Media Pembelajaran dapat dengan mudah ditemui
di toko-toko penyedia Media Pembelajaran. Berbicara tentang media tentu sangat
erat kaitannya dengan komunikasi. Dalam proses pembelajaran termasuk
pembelajaran matematika terjadi komunikasi antara guru dengan siswa dan juga
antara siswa dengan siswa, karena pada hakekatnya proses belajar mengajar
merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Dalam proses belajar mengajar
tersebut, sebagai komunikannya adalah siswa dan sebagai komunikatornya adalah guru
dan siswa. Dalam berkomunikasi, komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan.
Agar pesan yang disampaikan (berupa pengetahuan, pengalaman, atau gagasan) dapat
ditangkap, dipahami, dan dipelajari dengan baik oleh komunikan, maka
komunikator harus memikirkan cara-cara komunikasi yang efektif, karena
kesalahan komunikasi akan menimbulkan masalah.
Media
pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala
sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian
dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup
pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.
Peranan
Media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac & Ely (1971:285)
menegaskan bahwa ada tiga keistimewaan yang dimiliki media Pembelajaran, yaitu
:
1.
Media
memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu
objek / kejadian.
2.
Media
memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek / kejadian dengan berbagai
macam cara, di sesuaikan dengan keperluan.
3.
Media
mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek / kejadiaan yang mengandung
makna.
Asosiasi Teknologi Dan Komunikasi
Pendidikan (Association Of Education And Communication Technologi/ AECT) di
amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang
untuk menyalurkan pesan/informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.
Sementara itu Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset,
audiovisual adalah contoh-contohnya.
Asosiasi
Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian
yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun
audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat
dilihat, didengar dan dibaca.
Apa
pun batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu media
adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dan tujuan pembelajaran
tercapai (Sadiman, dkk 2010: 7).
Menurut
Ade Rohayati (2008 : 12), Media yang baik harus memenuhi beberapa kriteria,
diantaranya:
(1) Dapat
menjelaskan konsep secara tepat,
(2) Menarik,
(3) Tahan lama,
(4) Multi
fungsi (dapat dipakai untuk menjelaskan berbagai konsep),
(5) Ukurannya
sesuai dengan ukuran siswa,
(6) Murah dan
mudah dibuat, dan
(7) Mudah
digunakan.
Terdapat
bermacam-macam media pembelajaran yang secara garis besarnya dapat digolongkan
kedalam:
1. Media objek
fisik (model, alat peraga)
2. Media
grafis/ visual (poster, chart, dll.)
3. Media
proyeksi
4. Media audio
5. Media audio
visual
Berbagai
manfaat media pembelajaran telah dibahas oleh banyak ahli. Menurut Kemp &
Dayton (1985 : 3 – 4) meskipun telah lama disadari bahwa banyak keuntungan
penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam
program-program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa
hasil penelitian yang menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai
bagian integral pembelajaran dikelas atau sebagai cara utama pembelajaran
langsung sebagai berikut :
1.
Penyampaian
pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar
penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru
menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan
media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama
dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan
aplikasi lebih lanjut.
2.
Pembelajaran
bisa lebih menarik. Media dapat di assosiasikan sebagai penarik perhatian dan
membuatsiswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan,
daya tarikimage yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat
menimbulkan keingin tahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang
kesemuanya menunjukan bahwa media memiliki aspek motivasidan meningkatkan
minat.
3.
Pembelajaran
menjadi lebih interaktif dengan di terapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan
balik, dan penguatan.
4.
Lama
waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena kebanyakan media
hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan dan isi pelajaran
dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinkannya dapat diserap oleh siswa.
5.
Kualitas
hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kita dan gambar sebagai
media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan
cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.
6.
Pembelajaran
dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau diperlukan terutama jika
media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7.
Sikap
positif siswa terhadap apa yang mereka pelajar dan terhadap proses belajar
dapat ditingkatkan.
8.
Peran
guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru untuk penjelasan yang
berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan
sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam dalam
proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat siswa.
Dari
berbagai pendapat yang diutarakan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa media
pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar,
agar proses belajar mengajar tersebut berlangsung dengan lebih menyenangkan dan
tidak membosankan.
b.
Barang-barang bekas sebagai media pembelajaran
Banyak
orang menganggap barang-barang bekas seperti dus bekas, kaleng-kaleng bekas,
dan sedotan bekas tidak memiliki manfaat, nilai dan kegunaan, sehingga
barang-barang bekas seperti dus tersebut dianggap sebagai sampah. Sampah
merupakan barang-barang yang terbuang dan tak terpakai lagi, namun ketika
barang-barang tersebut masih bisa digunakan dan dimanfaatkan, maka barang
tersebut tidak disebut sampah.
Ketika
kita melihat sesuatu yang tidak memiliki manfaat dan kegunaan, sebenarnya
sesuatu tersebut bukannya tidak berguna dan bermanfaat, kita lah yang belum
bisa memanfaatkan dan menggunakannya dengan baik. Ketika kita bisa memanfaatkan
dan menggunakannya dengan baik, maka sesuatu yang awalnya kita anggap tidak
bermanfaat dan tidak berguna, menjadi lebih bernilai. Salah satu pemanfaatan
barang-barang bekas tersebut yaitu dengan menjadikannya sebagai media pembelajaran.
Pemanfaatan
barang-barang bekas seperti dus bekas, kaleng-kaleng bekas dan sedotan-sedotan
bekas sebagai media pembelajaran matematika, merupakan salah satu upaya untuk
memberikan nilai manfaat kepada barang-barang bekas seperti dus bekas, kaleng
bekas dan sedotan-sedotan bekas. Tujuannya bukan hanya untuk memudahkan proses
belajar mengajar, namun juga untuk mengurangi kuota sampah terutama yang
berasal dari dus bekas dan kertas-kertas bekas yang semakin hari semakin
meningkat, tercatat bahwa sampah kertas dan dus bekas menyumbangkan 468MJ/Ton
atau sekitar 3% dari total sampah yang ada, selama kurun waktu hingga tahun
1986 (Wilde D dan Van Hille). Data tersebut diambil pada tahun 1986, bisa
terbayang kuota sampah dari dus dan kertas pada tahun 2013 yang semakin
bertambah, seiring bertambahnya penduduk dan industri pabrik sebagai salah satu
penyumbang sampah terbesar.
Barang-barang
bekas yang digunakan untuk menjelaskan konsep dimensi tiga ini terbilang
sederhana dan mudah didapat, diantaranya yaitu dus-dus bekas, kaleng-kaleng
bekas dan sedotan bekas. Dus bekas mie instan misalnya, bisa digunakan untuk
menjelaskan konsep balok dan kubus, sedotan bisa digunakan untuk membuat rangka
dari bangun-bangun dimensi tiga. Untuk membuatnya pun cukup mudah, kita hanya
tinggal memberikan bungkus kado di bagian luar dus tersebut, sehingga terlihat
lebih rapih. Untuk bangun ruang berupa limas, prisma, kerucut, kita harus
memotong bagian dus dengan mengikuti aturan jaring-jaring dari bangun ruang
limas, prisma dan kerucut lalu membentuknya menjadi limas, prisma dan kerucut.
Untuk bangun ruang seperti tabung, kita bisa menggunakan kaleng bekas susu
formula balita yang memang bentuknya sudah menyerupai sebuah tabung.
Karena
bangun ruang terdiri dari rusuk-rusuk yang membentuk rangka, maka rangka dari
bangun-bangun ruang tersebut juga sangatlah penting untuk di jelaskan kepada
siswa-siswi. Untuk menjelaskan konsep dari rangka bangun ruang, kita bisa
menggunakan sedotan-sedotan bekas yang telah di bersihkan untuk di bentuk
menjadi rangka dari bangun-bangun ruang seperti kubus, balok, limas dan prisma.
Kegiatan
ini bisa dilakukan oleh siapapun, bukan hanya guru, namun siswa-siswi pun bisa
melakukannya. Sehingga proses belajar mengajar dan pembuatan media tidak
monoton dipusatkan kepada guru seorang, namun semua ikut ambil bagian dalam
membuat media tersebut, tak terkecuali siswa-siswi.
B.
Kerangka Berpikir
Dalam
proses belajar mengajar, guru harus mengupayakan agar kegiatan tersebut
berjalan seefektif mungkin. Namun efektif bukan berarti harus serius dan kaku,
efektif bisa juga tercipta dalam suasana yang menyenangkan yang dipenuhi canda
tawa. Salah satu upaya yang bisa ditempuh adalah dengan menggunakan media
pembelajaran.
Media
pembelajaran memang beragam jenisnya, salah satunya adalah media pembelajaran
yang memanfaatkan barang-barang bekas seperti dus bekas, sedotan bekas, dan
kaleng bekas susu untuk menjelaskan konsep dari bangun ruang dimensi tiga.
Selain barang-barang yang mudah didapat, pembuatan media ini pun bisa dilakukan
oleh siapa saja termasuk siswa-siswi itu sendiri.
Hasil
belajar matematika merupakan perubahan yang terjadi berupa peningkatan
kemampuan siswa dalam memahami materi matematika dalam bentuk pengetahuan yang
diterima siswa dari hasil pembelajaran yang telah dilakukannya. Maka dengan
demikian diharapkan penggunaan media sebagai alat bantu pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
C.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan
kerangka berpikir dan landasan teori diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian yaitu : “Terdapat pengaruh dalam penggunaan Media Pembelajaran yang
terbuat dari barang-barang bekas terhadap hasil belajar matematika”
BAB III
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMP Muara Ilmu, yang terletak di JL. H Kenan Depok.
2.
Waktu
Penelitian
Penelitian
ini berlangsung selama 3 bulan, mulai dari bulan Februari 2014 hingga bulan
April 2014. Jadwal secara umum dapat dinyatakan dalam tabel dibawah ini
Tabel 3.1.
Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Februari
|
Maret
|
April
|
|||||||||
1
|
Persiapan
|
x
|
x
|
||||||||||
2
|
Pelaksanaan
|
x
|
x
|
||||||||||
3
|
Analisis
Data
|
x
|
x
|
||||||||||
4
|
Pelaporan
|
x
|
x
|
33
|
B. Metode
Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Dalam
penelitian ini, Peneliti menggunakan metode penelitian Kuantitatif, berupa
metode quasi eksperimen, yaitu model penelitian yang tidak memungkinkan
peneliti untuk mengontrol semua yang relevan kecuali dari variabel-variabel
tersebut. Dalam pelaksanaannya Peneliti melibatkan dua kelompok, yaitu kelas
eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menggunakan Media pembelajaran saat
guru menyampaikan materi, dan kelompok kelas kontrol yang tidak menggunakan
Media pembelajaran saat guru menyampaikan materi.
2. Desain Penelitian
Sesuai
dengan hipotesis yang diajukan bahwa terdapat pengaruh antara variabel bebas
“X” dengan variabel terikat “Y”. Maka desain penelitian di gambarkan sebagai
berikut:
E : X Y
K : - Y
Keterangan :
E : Kelompok kelas eksperimen
K : kelompok kelas kontrol
X : perlakuan pada kelas eksperimen
- : perlakuan pada kelas kontrol
Y : skor hasil belajar
Matematika
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Penelitian
Populasi
merupakan kelompok yang lebih besar dimana hasil penelitian diharapkan berlaku,
semua anggota grup yang akan diteliti (Paul Suparno, 2007:43). Lebih lanjut,
Suharsimi Arikunto (2010:173) mengemukakan, “Populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian”.
a.
Populasi Target
Populasi
target pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Muara Ilmu.
b.
Populasi Terjangkau
populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VIII SMP Muara Ilmu.
2. Sampel
Sampel
adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti (suharsimi Arikunto, 2010:174). Tidak ada aturan yang
tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan untuk suatu penelitian dari
populasi yang ada. Dikarenakan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga maka tidak
semua populasi diteliti, adapun siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini adalah siswa kelas VIII sebanyak 20 siswa
3.
Teknik sampling
Teknik
sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampel atau sampel bertujuan.
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas
strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.
D.
Metode Pengumpuan Data
1.
Variabel
Penelitian
Supardi
(2012 : 22) menjelaskan variabel adalah karakteristik yang diobservasi dari
satuan pengamatan. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah :
a.
Variabel
Bebas : Media Pembelajaran yang terbuat
dari barang-barang bekas (X)
b.
Variabel
Terikat : Hasil Belajar Matematika (Y)
2. Sumber data
a. Data
Media Pembelajaran
Data tentang
Media pembelajaran diperoleh dengan studi inventorium dokumen kepustakaan yang
diperoleh melalui buku-buku dan jurnal.
b. Data
Hasil Belajar Matematika
Data tentang
hasil belajar matematika ini diperoleh dengan memberikan soal matematika kepada
siswa yang dijadikan sampel penelitian. Soal berupa pilihan ganda dengan 4
alternatif pilihan jawaban.
E. Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang digunakan untuk mengumpulkan data harus dimantapkan kualitasnya melalui
suat langkah yang dinamakan uji coba. Dari uji coba perangkat tes dipilih butir
soal yang memenuhi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan realibilitas.
1.
Definisi Konseptual
Hasil
belajar adalah tingkat keberhasilan dalam menguasai bidang studi matematika
setelah memperoleh pengalaman atau proses belajar mengajar dalam kurun waktu
tertentu yang diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam hasil tes
belajar.
2.
Definisi Operasional
Hasil
belajar Matematika pada penelitian ini merupakan kemampuan-kemampuan pemecahan
masalah matematika yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil
belajar matematika. Kemampuan tersebut menyatakan seberapa jauh atau seberapa
besar tujuan pembelajaran atau instruksional yang telah di capai oleh siswa
dalam belajar matematika. Skor tentang kemampuan ini diperoleh dari hasil tes
belajar berbentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal untuk materi bangun ruang
dimensi tiga.
3.
Kisi-kisi Instrumen
Tes hasil
belajar matematika siswa dalam bentuk pilihan ganda berdasarkan kriteria
kemampuan masalah dan materi ajar yang dipelajari siswa yaitu Bangun Ruang
Dimensi Tiga. Adapun kisi-kisi soal sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
No. Soal
|
Jumlah
|
Mengenal
dan Memahami sifat-sifat dan hubungan antarbangun
|
Mengidentifikasi nama-nama bangun ruang
|
Menyebutkan nama-nama
bangun ruang:
Kubus, kerucut,
limas, dan tabung.
|
1,2,5,18
|
4
|
Mengidentifikasi
sifat-sifat bangun ruang
|
Menyebutkan
sifat-sifat bangun ruang:
Kubus,
tabung, dan balok
|
6,9,10,1,
14,15
|
6
|
|
Menentukan
jaring-jaring bangun ruang
|
Jaring-jaring
bangun ruang sederhana:
balok,
kubus dan limas
|
3,8,12,1,
20
|
5
|
|
Menyelidiki
sifat-sifat kesebangunan
|
Menyebutkan:
a.
sudut-sudut
yang bersesuaian
b.
sisi-sisi dan
luas yang bersesuaian
|
7,16,17,
19
|
4
|
|
Menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan bangun ruang
|
Bangun
ruang dalam kehidupan sehari-hari
|
4
|
1
|
|
20
|
- Pengujian Instrumen
a.
Pengujian
Validitas
Kesahihan atau validitas untuk
menghitung instrumen Hasil belajar matematika berbentuk soal menggunakan rumus Point Biserial:
r
pbis =
Keterangan :
r
pbis = koefisien Point Biserial
Mi = rata-rata yang benar
Mt = rata-rata total
St = simpangan baku
=
proporsi benar
= proporsi salah
Soal
dikatakan valid jika nilai rhitung lebih besar sama dengan 0,3 (rhitung ≥ 0,3) dan soal dikatakan tidak valid
jika nilai rhitung lebih
kecil sama dari 0,3 ( rhitung < 0,3).
b. Pengujian
Reliabilitas
Reliabilitas instrumen hasil belajar
matematika berbentuk soal dengan menggunakan rumus KR-20 yaitu:
r11 =
Keterangan :
r11
= Reliabilitas
instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
p = Banyaknya subjek yang skornya 1/N
(menjawab benar)
q = Proporsi subjek yang mendapat skor 0
(menjawab salah)
∑pq
= Jumlah hasil perkalian antara p dan q
Vt
= Varians skor total
Menurut
Arikunto (2010: 231) hasil perhitungan dari uji reliabilitas dapat diinterprestasikan
sebagai berikut:
0,800<
r11<1,000: reliabilitas soal sangat tinggi
0,600<
r11<0,800: reliabilitas soal tinggi
0,400<
r11<0,600: reliabilitas soal sedang
0,200< r11<0,400:
reliabilitas soal rendah
c. Pengujian Taraf Kesukaran
Untuk menghitung indeks kesukaran ini digunakan rumus:
Keterangan:
P = Indeks kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar
= Jumlah siswa peserta tes
Indeks kesukaran menurut Arikunto (2009: 208)
diklasifikasikan sebagai berikut:
P < 0,30 kategori soal tergolong sukar
0,30 < P <0,70 kategori soal tergolong sedang
P < 0,70 kategori soal tergolong mudah
d. Daya Beda Butir Soal
Daya beda adalah
kemampuan untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai.
Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus :
D = PA – PB dimana PA =
dan
PB
=
Keterangan
:
D = Indeks daya pembeda
JA = Jumlah peserta tes kelompok atas
JB = Jumlah peserta tes kelompok bawah
BA = Jumlah peserta kelompok atas menjawab
benar
BB = Jumlah peserta kelompok bawah
menjawab benar
PA
= Proporsi peserta kelompok atas
yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang
menjawab benar
Klasifikasi
daya pembeda (Arikunto, 2009: 213)
D = 0,00 – 0,20: jelek
D
= 0,20 – 0,40: cukup
D
= 0,40 – 0,70: baik
D
= 0,70 – 1,00: baik sekali
F.
Metode
Analisis Data
Menurut
Sudjana (2005 : 50), untuk memperoleh gambaran yang jelas, sistematis dan
sifat-sifat yang penting dalam penyebaran data dapat diketahui dan
diinterprestasikan dengan mudah. Data yang diperoleh kemudian diteliti dan diselidiki
dengan analisis statistik meliputi distribusi frekuensi, ukuran penyebaran dan
pemusatan data. Selain itu menampilkan data dalam bentuk histogram.
1.
Teknik Analisis Data
Deskriptif
a. Distribusi Frekuensi
Langkah – langkah sebagai berikut :
1. Menentukan nilai terkecil dan nilai terbesar, kemudian menentukan
jangkauannya.
R = data terbesar – data terkecil
2. Menentukan banyaknya kelas
K = 1 + 3.3 log n
3. Menentukan panjangnya kelas interval
P =
4. Menentukan kelas – kelasnya sedemikian sehingga mencakup semua
nilai data.
b. Menghitung ukuran pemusatan dan penyebaran data
1.
Menentukan rata-rata
(mean)
Dimana :
: rata-rata sampel
:
frekuensi untuk nilai x1
: tanda kelas interval
2. Menentukan median
Me = b+P
Dimana:
Me : median
b : tepi bawah kelas
median
P : panjang kelas
median
n : ukuran sampel/
banyaknya data
F : frekuensi total
sebelum kelas Me
f : frekuensi kelas
median
3. Menentukan modus
Mo
Dimana :
Mo : modus
b : tepi bawah kelas modus
p : Panjang kelas interval
b1 : Selisih
frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya
b2 : Selisih
frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya.
4. Varians (SD) dan simpangan baku, dengan rumus :
Varians (SD)
Simpangan Baku
Dimana :
S : Standar Deviasi
n : Banyaknya data
xi : Tanda kelas
fi : Frekuensi yang sesuai
dengan tanda kelas xi.
2. Pengujian
Persyaratan Analisis Data
a.
Uji
Normalitas
Uji
normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil pengumpulan
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan uji Chi Kuadrat. Untuk uji Chi Kuadrat perlu dilakukan langkah
berikut :
1. Membuat
Tabel Distribusi Frekuensi, dengan langkah-langkah:
a.
Mencari skor
terbesar danskor terkecil
b.
Mencari nilai
rentangan (R)
c.
Mencari
banyaknya kelas (BK)
d.
Mencari nilai
panjang kelas (i), dengan rumus:
2. Mencari
rata-rata
3. Mencari
simpangan baku
4. Membuat
Tabel Distribusi Frekuensi yang diharapkandengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a.
Menentukan batas
kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian
angka skor0skor kanan kelas interval ditambah 0,5
b.
Mencari nilai
Z-score untuk tiap batas kelas, dengan rumus:
c.
Mencari luas 0 – Z dari Tabel Kurva Normal dari 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas
d.
Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan
angka-angka 0 – Z yitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris
kedua dikurangi baris ketiga, dan seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda
(positif dan negatif) pada baris paling tengah dijumlahkan.
e.
Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara
mengalikan luas tiap kelas interval dengan jumlah responden.
5. Mencari Chi-Kuadrat Hitung (
,
dengan rumus :
6. Membandingkan
dengan
,
dimana
diperoleh untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan
(dk) = k-1. Dengan kriteria :
Jika
,
berarti Distribusi data Tidak Normal.
Jika
, berarti Distribusi data Normal.
b. Uji
Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data yang dibandingkan sejenis atau tidak. Uji homogenitas menggunakan
uji varians terbesar dibandingkan varians terkecil menggunakan tabel F:
1.
Menentukan nilai Fhitung dengan rumus :
Fhitung
=
2. Menentukan nilai Ftabel untuk
taraf signifikansi
3. Membandingkan nilai Fhitung dengan
Ftabel, dengan kriteria :
Jika Fhitung ≥ Ftabel, berarti
tidak homogen
Jika Fhitung ≤ Ftabel, berarti
homogen
3. Uji Hipotesis Penelitian
Uji
Hipotesis penelitian menggunakan rumus uji t dua sampel dengan rumus :
Dimana :
= rata-rata variabel penelitian
= rata-rata variabel kontrol
Sgab
=
n = jumlah sampel
kriteria Uji t:
-
Jika thitung < ttabel maka terima Ho,
dengan arti terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika dengan
menggunakan media pembelajaran yang terbuat dari barang-barang bekas dan yang
tidak menggunakan media pembelajaran.
-
Jika thitung > ttabel maka tolak Ho
dengan arti tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar matematika
dengan menggunakan media pembelajaran yang terbuat dari barang-barang bekas dan
yang tidak menggunakan media pembelajaran
G.
Hipotesis Statistik
Adapun Hipotesis yang akan dibagi sebagai berikut :
Ho :
H1 :
Dimana :
Ho
= Tidak terdapat pengaruh dalam penggunaan Media Pembelajaran yang terbuat dari
barang-barang bekas terhadap hasil belajar matematika.
H1
= Terdapat pengaruh dalam penggunaan
Media Pembelajaran yang terbuat dari barang-barang bekas terhadap hasil belajar
matematika
Daftar
Pusataka
Agustina, Lasia. 2011. Pengaruh Media
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Matematika. Formatif 1(3) : 35-44
Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2005. Media
Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Hudoyo. 2003. Hakikat Matematika. http://www.majalahpendidikan.com/hakikat-matematika.html
17:15 08/02/2013.
Purwanto, M. Ngalim. 2004. Ilmu
Pendidikan Teoritis. Jakarta : Sinar Baru Algaesindo
Rohayati, Ade. 2008. Media
Pembelajaran Matematika. Jakarta : Departemen Agama
Ruseffendi. 1989. Pengertian Matematika. http://cumanulisaja.blogspot.com/pengertian-matematika.html 17:20 08/02/2013.
Slameto. 2003. Belajar dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka cipta.
Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sudrajat.
2006. Mengelola Sampah Kota. Jakarta : Penebar Swadaya.
Supardi. 2012. Peran Berpikir Kreatif
dalam Proses Pembelajaran Matematika. Formatif.2(3) : 248-260.
Suryasumantri, Jujun S. 2010. Filsafat
Ilmu. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
No comments:
Post a Comment